Tuesday, April 19, 2016

Tenaga Kerja Indonesia dalam Era Globalisasi part 1

TENAGA KERJA INDONESIA DALAM ERA GLOBALISASI
 BY RISANG PUJIYANTO

PENDAHULUAN
Globalisasi  merupakan  kenyataan  yang  tidak  bisa  ditolak  oleh  tiap-tiap  negara  dalam
hubungannya  di  dunia  internasional.  Fakih  (2004)  mendefinisikan  globalisasi  sebagai  proses 
pengintegrasian ekonomi nasional bangsa-bangsa ke dalam suatu sistem ekonomi global. Globalisasi
memang  tidak  hanya  berarti  secara  sempit  hanya  dilihat  dari  segi  ekonomi,  akan  tetapi  juga 
mencakup  penyebaran  nilai-nilai  yang  dipandang  berlaku  universal,  seperti  hak  asasi  manusia, 
demokratisasi,  nilai-nilai  kepemerintahan  yang  baik,  dan  sebagainya.  Adanya  globalisasi  membuat 
setiap negara harus mempersiapkan diri terhadap efek yang ditimbulkannya sehingga tidak berakibat 
negatif, karena fakta empiris membuktikan globalisasi ternyata juga membawa efek yang buruk bagi 
masyarakat di suatu negara.  Contoh nyata efek negatif globalisasi itu antara lain adalah  Mexico yang 
memiliki  ketangguhan  dalam  keamanan  pangan  mengalami  kehancuran  dalam  perekonomian 
jagungnya dan itu terjadi dalam waktu 14 tahun setelah pemberlakuan  structural adjustment  dan 2 
tahun NAFTA di Mexico (Pramusinto, 2007). 
Di  Indonesia,  dari  sisi  tenaga  kerja,  globalisasi  memberikan  kesempatan  yang  setara  bagi 
Warga  Negara  Asing  maupun  Warga  Negara  Indonesia  untuk  mencari  pekerjaan  di  Indonesia. 
Sehingga  tentunya  dibutuhkan  banyak  sumber  daya  manusia  (SDM)  yang  berkualitas  untuk 
menghindari  SDM  Indonesia  menjadi  pengangguran  di  negeri  sendiri.  Kekhawatiran  ini  cukup 
beralasan  karena  pada  tataran  realita  dalam  kurun  waktu  2005  sampai  dengan  2009  terjadi 
peningkatan  jumlah  tenaga kerja asing (TKA)  yang bekerja di Indonesia.  Dari  tabel 1.1  terlihat bahwa 
terjadi  peningkatan yang cukup tajam untuk  Tenaga kerja teknisi  dari  329 pada tahun 2005  menjadi 
11.368 orang pada tahun 2009. 

Tabel 1Sebaran Jumlah TKA menurut Level Jabatan2005-2009
2005 2006 2007 2008 2009 (Juni)Konsultan 15.537 21.466 3.449 3.109 3.303
 
1Direktur 7.341 6.975 3.392 3.822 4.025Komisaris 9 283 325 373Manajer 2.581 2.572 6.479 8.162 8.438Profesional 515 15.080 14.437 15.894Supervisor 2 569 3.194 2.984 2.825Teknisi 329 898 3.572 9.640 11.368Total 27.803 35.010 37.456 44.487 46.226
Sumber : kemenakertrans dalam Survey Nasional TKA 2009, BI
Gambar 1Tren Peningkatan Tenaga Teknisi Asing
Sumber: Kemenakertrans dalam Survey Nasional TKA 2009, BI (diolah)
Peran dan fungsi pemerintah dalam ketenagakerjaan adalah menciptakan kesempatan kerjaseluas-luasnya, baik sendiri maupun bersama masyarakat sebagaimana tercantum dalam pasal 39 UUNomor 13 Tahun 2003. Dalam kapasitasnya memperluas lapangan kerja, pemerintah harusmendayagunakan berbagai sektor ekonomi baik berbasis sumber daya alam maupun teknologi. Selainitu pemerintah harus meningkatkan kualitas dan produktifitas tenaga kerja agar terampil, ahli dankompeten dalam persaingan global. Tulisan ini akan membahas keadaan tenaga kerja Indonesiadalam menghadapi globalisasi

Monday, April 11, 2016

SEKILAS FILSAFAT ILMU SEBUAH PENGANTAR POPULER BAB 9 dan PENUTUP

BAB IX
PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH

Dalam seni yang penting bukan apanya melainkan bagaimananya….

Alexander Solzhenitsyn dalam Suatu Hari dalam Kehidupan Ivan Denisovitch.
29.         Struktur Penelitian dan Penulisan Ilmiah
Pengajuan Masalah
      Langkah pertama dalam suatu penelitian ilmiah adalah mengajukan masalah. Satu hal yang harus disadari adalah pada hakikatnya suatu masalah tidak pernah berdiri sendiri dan terisolasi dari faktor-faktor lain. Selalu terdapat konstilasi yang merupakan latar belakang dari suatu masalah tertentu.
PENGAJUAN MASALAH
1.      Latar belakang masalah
2.      Identifikasi masalah
3.      Pembatasan masalah
4.      Perumusan masalah
5.      Tujuan penelitian
6.      Kegunaan penelitian
Penyusunan Kerangka Teoritis
      Setelah masalah berhasil dirumuskan, maka tahap selanjutnya adalah mengajukan hipotesis. Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan.
PENYUSUNAN KERANGKA TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
1.      Pengkajian mengenai teori-teori ilmiah yang akan dipergunakan dalam analisis.
2.      Pembahasan mengenai penelitian-penelitian lain yang relevan;
3.      Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis dengan mempergunakan premis-premis;
4.      Perumusan hipotesis.

Metodologi Penelitian
      Setelah berhasil merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari pengetahuan ilmiah yang relevan maka langkah berikutnya adalah menguji hipotesis tersebut secara empiris. Metodologi adalah pengetahuan tentang metode-metode, jadi metodologi penelitian adalah pengetahuan tentang berbagai metode yang dipergunakan dalam penelitian.
Hasil Penelitian
      Setelah perumusan masalah, pengajuan hipotesis dan penetapan metodologi penelitian maka langkah berikutnya adalah melaporkan apa yang telah ditemukan berdasarkan hasil penelitian.
Ringkasan dan Kesimpulan
      Kesimpulan pengujian hipotesis kemudian dikembangkan menjadi kesimpulan penelitian yang ditulis dalam bab tersendiri. Kesimpulan penelitian ini merupakan sintesis dari keseluruhan aspek penelitian yang terdiri dari masalah, kerangka teoritis, hipotesis, metodologi penelitian dan penemuan penelitian.
Abstrak
      Sebuah laporan penelitian kemudian disarikan dalam sebauh ringkasan yang disebut abstrak. Abstrak merupakan ringkasan seluruh kegiatan penelitian yang paling banyak terdiri dari tiga halaman. Keseluruhan abstrak merupakan essai utuh yang tidak dibatasi oleh sub judul.
Daftar Pustaka
      Sebuah laporan penelitian dilengkapi dengan daftar pustaka yang merupakan sumber referensi bagi seluruh kegiatan penelitian.
Riwayat Hidup
      Riwayat hidup dicantumkan pada halaman terakhir sebuah laporan tanpa diberi nomor halaman.
Usulan Penelitian
      Usulan penelitian biasanya dilengkapi dengan jadwal kegiatan, personalia peneliti serta aspek-aspek lainnya yang berhubungan dengan penelitian umpamanya pembiayaan.
Lain-lain
      Sebelum memasuki tubuh utama laporan sebuah tulisan ilmiah biasanya didahului oleh beberapa informasi yang bersifat pengantar.
Penutup
Catatan Akhir
30.            Teknik Penulisan Ilmiah
      Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya penulisan dalam membuat pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam sumber pengetahuan ilmiah yang dipergunakan dalam penulisan. Komuikasi ilmiah harus bersifat jelas dan tepat yang memungkinkan proses penyampaian pesan yang bersifat reproduktif dan impersonal. Penulisan ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar.
      Pernyataan ilmiah yang kita pergunakan dalam tuliasan harus mencakup beberapa hal. Pertama, harus dapat kita definisikan orang yang membuat pernyataan tersebut. Kedua, harus dapat kita identifikasikan media komunikasi ilmiah di mana pernyataan itu disampaikan. Ketiga, harus kita definisikan lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah tersebut beserta tempat berdomisili dan waktu penerbitan itu dilakukan.



31.            Teknik Notasi Ilmiah
      Tanda catatan kaki diletakkan di ujung kalimat yang dikutip dengan mempergunakan angka Arab yang diketik naik setengah spasi. Catatan kaki pada tiap bab diberi nomor urut mulai angka 1 sampai habis dan diganti dengan nomor 1 kembali pada bab yang baru. Tujuan utama dari catatan kaki adalah mengidentifikasikan lokasi yang spesifik dari karya yang dikutip.



PENUTUP

Humor mengajarkan toleransi, dan seorang humoris, dengan senyum di bibirnya, sambil menghela nafas kemungkinan besar akan mengangkat bahu daripada harus memaki-maki……

(W. Somerset Maugham dalam The Summing Up).
32.            Hakikat dan Kegunaan Ilmu
      Kiranya bahwa sajak atau nyanyian adalah fungsional bagi kehidupan, dan hal ini tidak usah diragukan lagi, namun terdapat fungsi yang berbeda antara kedua ungkapan seni dengan teori keilmuan. Jadi, buku-buku tebal ilmuan pada hakikatnya adalah sama saja dengan buku-buku primbon tukang ramal yakni menjelaskan, meramal dan mengontrol. Tentu saja yang berbeda adalah asas dan prosedurnya: menjelaskan-meramalkan-mengontrol.



DAFTAR PUSTAKA

S. Suriasumantri, Jujun. 2010. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : PT. Penebar Swadaya.

Saturday, April 9, 2016

SEKILAS FILSAFAT ILMU SEBUAH PENGANTAR POPULER BAB 8

BAB VIII
ILMU DAN BAHASA

….. Seorang yang hilang diculik makhluk gaib telah kembali dengan selamat naik bajai berkat bantuan seorang yang berilmu.

(Cuplikan berita harian Sinar Pagi pada tanggal 12 Novenmber 1981).       

Tentang Terminologi: Ilmi, Ilmu Pengetahuan dan Sains?
Dua Jenis Ketahuan
      Untuk membedakan tiap-tiap bentuk dari anggota kelompok ketahuan (knowledge) ini terdapat tiga kriteria yakni:
a)      Apakah obyek yang ditelaah yang membuahkan ketahuan tersebut?
b)      Cara yang dipakai untuk mendapatkan ketahuan tersebut?
c)      Untuk apa ketahuan itu dipergunakan atau nilai kegunaan apa yang dipunyai olehnya?
Beberapa Alternatif
      Alternatif pertama adalah menggunakan ilmu pengetahuan untuk science dan pengetahuan untuk knowledge. Hal ini yang sekarang umum dipakai. Alternatif kedua didasarkan kepada asumsi bahwa ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah dua kata benda yakni ilmu dan pengetahuan.
Sains:
Adopsi yang Kurang Dapat Dipertanggungjawabkan
      Pendapat Wittgenstein mengenai struktur dan logika dalam penggunaan ilmu pengetahuan untuk knowledge, sains untuk science, ilmiah atau keilmuan untuk scientific:
Kebanyakan dari pernyataan dan pertanyaan yang terkandung dalam karya filsafat adalah tidak salah namun nonsensical. Konsekuensinya adalah bahwa kita tidak dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan semacam ini, melainkan hanya mampu menunjukan bahwa semua itu adalah nonsensical. Kebanyakan dari pernyataan dan pertanyaan dalam filsafat ditimbulkan oleh kegagalan kita untuk memahami logika dari bahasa kita sendiri.



Quo Vadis?
     Dalam Konperensi Ilmu Pengetahuan Nasional (KIPNAS) III LIPI yang berlangsung di Jakarta pada tanggal 15-19 September 1981 terdapat suatu pendapat yakni:
1)      Ilmu merupakan genus di mana terdapat bermacam species;
2)      Dengan demikian maka terminology ilmu pengetahuan adalah sinonim denganscientific knowledge;
3)      Ilmu adalah sinonim dengan knowledge dan pengetahuan dengan science;
4)      Berdasarkan hukum DM maka ilmu pengetahuan adalah ilmu (knowledge) yang bersifat pengetahuan (scientific).



Politik Bahasa Nasional
(1)
      Pada tanggal 28 Oktober 1928 bangsa Indonesia telah memilih Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Alasan yang utama pada waktu itu lebih ditekankan pada fungsi kohesif Bahasa Indonesia sebagai sarana untuk mengintegrasikan berbagai suku ke dalam satu bangsa yakni Indonesia. Tentu saja terdapat juga evaluasi yang berkonotasi dengan kemampuan Bahasa Indonesia selaku fungsi komunikatif yakni fakta bahwa Bahasa Indonesia merupakan lingua franca dari sebagian besar penduduk, namun kalau dikaji lebih mendalam, maka kriteria bahasa sebagai fungsi kohesif itulah yang merupakan kriteria yang menentukan.

(2)
      Selaku alat komunikasi pada pokoknya bahasa mencakup tiga unsur yakni pertama, bahasa selaku alat komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berkonotasi perasaan (emotif). Kedua, berkonotasi sika (afektif), dan ketiga berkonotasi pikiran (penalaran).

Bersambung

Wednesday, April 6, 2016

SEKILAS FILSAFAT ILMU SEBUAH PENGANTAR POPULER BAB 7

BAB VII
ILMU DAN KEBUDAYAAN

Ilmu hanya dapat maju apabila masyarakat berkembang dan berperadaban.
Ibnu Khaldun (1332-1406) dalam Muqaddimah.

     Manusia dan Kebudayaan

     Kebudayaan didefinisikan untuk pertama kali oleh E. B. Taylor pada tahun 1871 dalam bukunya Primitive Culture di mana kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kuntjaraningrat (1974) secara lebih terperinci membagi kebudayaan menjadi unsur-unsur yang terdiri dari sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemsyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian serta sistem teknologi dan peralatan.
Kebudayaan dan Pendidikan
      Suatu masyarakat modern yang berasaskan efisiensi bertumpu kepada nilai teori dan nilai ekonomi. Nilai teori ini terutama sekali berkaitan erat dengan aspek penalaran (reasoning), ilmu dan teknologi. Sedangkan nilai ekonomi berpusat kepada penggunaan sumber dan benda ekonomi secara lebih efektif dan efisien berdasarkan kalkulasi yang bertanggung jawab umpamanya pola konsumsi masyarakat. Indikator kedua menimbulkan pergeseran dalam nilai sosial dan nilai kekuasaan (politik). Kedua nilai ini harus lebih berorientasi kepada kepercayaan pada diri sendiri serta keberanian untuk mengambil keputusan sendiri.



   Ilmu dan Pengembangan Kebudayaan Nasional

      Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur dari kebudayaan. Kebudayaan di sini merupakan seperangkat nilai, tata hidup dan sarana bagi manusia dalam kehidupannya. Kebudayaan nasional merupakan kebudayaan yang mencerminkan aspirasi dan cita-cita suatu bangsa yang diwujudkan dengan kehidupan bernegara. Pengembangan kebudayaan nasional merupakan bagian dari kegiatan suatu bangsa, baik disadari atau tidak maupun dinyatakan secara eksplisit atau tidak.
Ilmu Sebagai Suatu Cara Berfikir
      Karakteristik ilmu dapat disimpulkan menjadi empat, pertama bahwa ilmu mempercayai rasio sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Karakteristik yang kedua yakni alur jalan pikiran yang logis yang konsisten dengan pengetahuan yang telah ada. Sedangkan karakteristik ketiga yakni pengujian secara empiris sebagai criteria kebenaran obyektif. Dan karakteristik yang keempat yakni mekanisme yang terbuka terhadap koreksi.
Nilai-Nilai Ilmiah dan Pengembangan Kebudayaan Nasional
      Pengembangan kebudayaan nasional pada hakikatnya adalah perubahan dari kebudayaan yang sekarang bersifat konvensional ke arah situasi kebudayaan yang lebih mencerminkan aspirasi dan tujuan nasional. Proses pengemabangan kebudayaan ini pada dasarnya adalah penafsiran kembali dari nilai-nilai konvensional agar lebih sesuai dengan tuntutan zaman serta penumbuhan nilai-nilai baru yang fungsional.
Ke Arah Peningkatan Peranan Keilmuan
      Langkah-langkah yang sistematik untuk meningkatkan peranan dan kegiatan keilmuan yang pada pokoknya mengandung beberapa pemikiran sebagaimana berikut ini:
1.      Ilmu merupakan bagian dari kebudayaan.
2.      Ilmu merupakan salah satu cara dalam menemukan kebenaran.
3.      Asumsi dasar dari semua kegiatan dalam menemukan kebenaran.
4.      Pendidikan keilmuan harus sekaligus dikaitkan dengan pendidikan moral.
5.      Pengembangan bidang keilmuan harus disertai dengan pengembangan dalam bidang filsafat terutama yang menyangkut keilmuan.
6.      Kegiatan ilmiah haruslah bersifat otonom yang terbebas dari kekangan sturktur kekuasaan.



  Dua Pola Kebudayaan

Tak dapat disangkal bahwa terdapat perbedaan antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, namun perbedaan ini hanyalah bersifat teknis yang tidak menjurus kepada perbedaan yang fundamental. Dasar ontologis, epistemologis dan aksiologis dari kedua ilmu tersebut adalah sama. Metode yang dipergunakan dalam mendapatkan pengetahuannya adalah metode ilmiah yang sama, tak terdapat alasan yang bersifat metodologis yang membedakan antara ilmu-ilmu alam.
Jadi jika sekiranya memang diperlukan pola pendidikan yang berbeda maka alternatif yang dapat ditempuh bukan lagi pembagian jurusan berdasarkan bidang keilmuan melainkan berdasarkan tujuan pendidikan matematika.

Bersambung

Tuesday, April 5, 2016

Pengertian Tes, Penilaian, Pengukuran, dan Evaluasi


  1. Tests
Miller (2008: 1) menyatakan bahwa: “tests are formal assessment instruments used to judge students’ cognitive ability in an academic discipline as well as to gather quantitative information about student’ psychomotor performance (physical skills) and affective characteristics (e.g. attitudes, emotions, interests, and values).

Artinya: "Tes adalah instrumen penilaian formal yang digunakan untuk menilai kemampuan kognitif pada disiplin akademis serta untuk mengumpulkan informasi kuantitatif tentang kinerja para siswa , psikomotor (keterampilan fisik) dan karakteristik afektif (misalnya sikap, emosi, minat, dan nilai-nilai).

Tes pada umumnya terdiri dari seperangkat himpunan pertanyaan, pernyataan, atau tugas yang diadministrasikan dan dikenakan kepada peserta didik atau sekelompok peserta didik. Berhubung adanya kendala keterbatasan waktu dan faktor lainnya, tes hanya mengukur sebagian saja (sampel) dari suatu perilaku objek pengukuran. Jadi tes memiliki keterbatasan, tidak mampu mengukur semua informasi tentang apa yang sudah dipelajari oleh peserta didik, kecuali hanya dipilih sebagai sampel dari objek kawasan yang telah dipelajari oleh peserta didik. Untuk dapat mewakili kawasan atau objek yang dicari informasinya dari apa yang telah dipelajari oleh peserta didik maka digunakanlah kisi-kisi tes atau blue print test dalam merancangnya.

  1. Penilaian
Miller (2008), assessment is a broader term than tests and
Artinya:
Penilaian meliputi semua cara untuk menilai unjuk kerja atau hasil kerja yang berfokus pada individu yakni prestasi belajar yang dicapai individu. Prosesnya adalah menghimpun bukti-bukti tentang pencapaian belajar peserta didik antara lain melalui tes, pengamatan dan laporan diri. Penilaian yang baik memerlukan data dan proses pengukuran yang baik.

3.  Pengukuran
Miller (2008),  “Measurement is a quantitative description of an individual’s achievement on a single test or multiple assessments (e.g. a student answered 9 to 10 or 90% of the test questions correctly).
Artinya: "Pengukuran adalah deskripsi kuantitatif prestasi individu pada tes tunggal atau beberapa penilaian (misalnya mahasiswa menjawab 9 sampai 10 atau 90% dari pertanyaan tes dengan benar).


4. Evaluasi
Miller (2008),  Evaluation is aqualitative judgment that uses measurement results from test and assessment information to assign grades. For example, if a teacher indicates to present that their child is performing “above average” the teacher is communicating evaluative information based on measurement data.

Artinya: Miller (2008), Evaluasi adalah penilaian kualitatif yang menggunakan hasil pengukuran dari tes dan penilaian informasi untuk menetapkan nilai. Sebagai contoh, jika seorang guru menunjukkan untuk menyajikan bahwa anak mereka melakukan "di atas rata-rata" guru berkomunikasi informasi evaluatif berdasarkan data pengukuran.

SEKILAS FILSAFAT ILMU SEBUAH PENGANTAR POPULER BAB 6

BAB VI
AKSIOLOGI: NILAI KEGUNAAN ILMU

Mengalami zaman edan
Kita sulit menenukan sikap
Turut edan tidak tahan
Kalau tidak turut edan
Kita tidak kebagian
Menderita kelaparan
Tapi dengan bimbingan Tuhan
Betapa bahagia pun mereka yang lupa
Lebih bahagia yang ingat serta waspada

Ranggawarsito (1802-1873)
19.            Ilmu dan Moral
     Dihadapkan dengan masalah moral dalam menghadapi ekses ilmu dan teknologi yang bersifat merusak ini para ilmuan terbagi ke dalam dua golongan pendapat. Golongan pertama menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik itu secara ontologis maupun aksiologis. Golongan kedua sebaliknya berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuan, sedangkan dalam penggunaannya, bahkan pemilihan obyek penelitian, maka kegiatan keilmuan harus berlandaskan asas-asas moral.
      Masalah moral tak bisa dilepaskan dengan tekad manusia untuk menemukan kebenaran, sebab untuk menemukan kebenaran dan terlebih lagi untuk mempertahankan kebenaran, diperlukan keberanian moral. Sejarah kemanusiaan dihiasi dengan semangat para martir yang rela mengorbankan nyawanya dalam mempertahankan apa yang mereka anggap benar. “Segalanya punya moral,” kata Alice dalam petualangannya di negeri ajaib, “asalkan kau mampu menemukannya.”



20.            Tanggung Jawab Sosial Ilmuan
      Jelaslah kiranya bahwa seorang ilmuan mempunyai tanggung jawab sosial yang terpikul di bahunya. Fungsinya selaku ilmuan tidak berhenti pada penelaahan dan keilmuan secara individual namun juga ikut bertanggung jawab agar produk keilmuan sampai dan dapat di manfaatkan oleh masyarakat.
      Seorang ilmuan dengan kemampuan pengetahuannya harus dapat mempengaruhi opini masyarakat terhadap masalah-masalah yang seyogyanya mereka sadari. Dalam hal ini, berbeda dengan menghadapi masyarakat ilmuan yang elitis dan esoteric, dia harus berbicara dengan bahasa yang dapat diterima oleh orang awam. Untuk itu maka dia bukan saja mengandalkan pengetahuannya dan daya analisisnya namun juga integritas kepribadiannya.
      Karakteristik lain dari ilmu terletak dalam cara berfikir untuk mendapatkan kebenaran. Manusia dalam usaha menemukan kebenaran itu ternyata menempuh cara yang bermacam-macam sehingga menimbulkan pemeo: kepala sama berbulu namun memiliki pendapat masing-masing.
      Salah satu sendi masyarakat modern adalah ilmu dan teknologi. Kaum ilmuan tidak boleh picik dan menganggap ilmu dan teknologi itu alpha dan omega dari segala-galanya, masih terdapat banyak lagi sendi-sendi lain yang menyangga peradaban manusia yang baik.



21.            Nuklir dan Pilihan Moral
      Pengetahuan merupakan kekuasaan, kekuasaa yang dapat dipakai untuk kemaslahatan kemanusiaan, atau sebaliknya dapat pula disalahgunakan. Pengetahuan pada dasarnya ditujukan untuk kemaslahatan kemanusiaan. Seorang ilmuan tak boleh memutarbalikkan penemuannya bila hipotesis yang dijunjung tinggi yang disusun di atas kerangka pemikiran yang terpengaruh referensi moral ternyata hencur berantakan karena bertentangan dengan fakta-fakta pengujian. Seorang ilmuan yang di atas landasan moral memilih untuk membuktikan bahwa generasi muda kita berkesadaran tinggi atau membuktikan bahwa hasil penemuan itu efektif maka dalam hasil penemuannya dia bersifat netral dan membebaskan diri secara sadar atau tidak.



22.         Revolusi Genetika
      Revolusi genetika merupakan babakan baru dalam sejarah keilmuan manusia sebab sebelum ini ilmu tidak pernah menyentuh manusia sebagai obyek penelaahan itu sendiri. Ilmu berfungsi sebagai pengetahuan yang membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Tujuan hidup ini, yang berkaitan erat dengan hakikat kemanusiaan itu sendiri, bersifat otonom dan terlepas dari kajian dan pengaruh ilmiah. Secara moral kita lakukan evaluasi etis terhadap suatu obyek yang tercakup dalam obyek formal (ontologis) ilmu. Mengahadapi revolusi genetika yang baru di ambang pintu, kita belum terlambat menerapkan pilihan ontologism, “Jangan petik buat terlarang itu”. Berharap menciptakanSuperman namun yang bangun adalah Frankenstein.

Bersambung