Pendidikan Vokasional
Berbasis Investasi
Gambar.1.Pendidikan Vokasional berbasis Investasi
Catatan :
1.
Untuk semua Prodi yang
dirancang hanya kurikulum Inti.
2.
Untuk masing-masing Prodi,
ditambah kurikulum spesifik dengan muatan kompetensi dan ketrampilan
khusus.
3.
Isi kurikulum memberi ruang bagi
pengembangan kearifan lokal &
kompetensi global.
4.
Data
base kompetensi dan
kebutuhan tenaga kerja lokal dan global sebagai instrument untuk
prediksi/proyeksi pengembangan infrastruktur, sarpras, SDM, dan penyesuaian
kurikulum SMK. Dan selalu dapat di up
date setiap saat
Implementasi Pengembangan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK)
Gambar.2. Implementasi pengembangan
SMK berbasis Investasi
Keterangan :
- Legal
formal dari Pemerintah untuk
sinergi tiga pilar ,yaitu : (1)
dunia pendidikan (SMK),(2) dunia
usaha & industri (DUDI), (3) Pemerintah
- Pendidikan dengan kurikulum berbasis
kompetensi dan fleksibel serta
mengakomodasi kompetensi lokal yang memiliki prospek untuk dikembangkan
industri ekonomi produktip
- Pendidikan Vokasional (SMK) dibagi dalam dua
jalur , yaitu : (a) Jalur 3 tahun bagi mereka yang ingin melanjutkan
pendidikan ke Perguruan Tinggi dan
mengikuti UAN (Ujian Akhir Nasional), tidak perlu mengikuti uji kompetensi
di Training Center, (b) Jalur 2 tahun bagi mereka yang ingin langsung
bekerja .Tenaga pengajar dari guru sekolah dan instruktur dari industri (Training
Center).Tidak ada UAN tetapi harus mengikuti pembelajaran dan uji kompetensi di Training Center. Pembelajaran
maksimal selama 2 tahun
- Bagi siswa SMK jalur 3 tahun dapat ikut Training
Center untuk memenuhi persyaratan
kompetensi industri tempat bekrerja .
- Untuk
menunjang kompetnsi lulusan yang standardnya terukur dan sesuai
dengan standard DUDI, Pemerintah
harus mendirikan Training
Center bagi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sesuai dengan program
studinya. Yang lokasi dan zonifikasinya diatur sesuai dengan potensi
industri dan pengembangen potensi
lokal daerah. Untuk pengakuan sertifikasi secara internasional
perlu dilakukan kerjasama dengan institusi / lembaga sertifikasi internasional
- Training Center merupakan salah
satu bentuk pelayanan prima dalam pendidikan Sekolah Menengha Kejuruan
(SMK), selain itu merupakan implementasi nyata Learning
community
Siklus Operasional Data Base On Line VOKASIONAL/SMK
Gambar.3. Data Base On Line SMK
Kebutuahan informasi dan
lapangan kerja merupakan kebutuhan
sosial maendasar seluruh lapisan masyarakat. Meningkatkan mutu pelayanan bagi masyarakat,
dengan memberikan “ sentuhan iptek “ merupakan salah satu aplikasi dari kesetaraan akses masyarakat ke
layanan sosial dasar. Daya guna iptek bagi kehidupan masyarakat antara lain
adalah : (1) dapat menunjang kehidupan
dengan efisien, (2) memperpendek suatu proses
“ siklus “yang tumpang tindih,
(3) memberikan kualitas lingkungan kehidupan yang nyaman. Pemanfaatan iptek untuk pelayanan publik (public
service) tidak dibatasi dalam
lingkup setrata tertentu, tetapi harus
dapat dimanfaatkan bagi masayarakat seluas-luasnya. (Kusmayanto Kadiman, 2008)
Berdasarkan pertimbangan diatas, pengertian
data base on line
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), fungsi , manfaat dan maksud
penggunaannya adalah sebagai sebagai
berikut :
1.
Ujung tombak
dari suatu perencanaan apapun, harus dimulai dengan Data Base yang akurat
dan kualifikasinya dapat dipertanggung
jawabkan. Data base merupakan
sebuah perangkat dalam proses perencanaan yang mempunyai daya guna yang sangat
tinggi
2.
Proses saling
memberikan data dan komunikasi secara on- line antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan jasa perdagangan dan
industri (DUDI) akan merupakan tahap awal dari
bersinerginya pendidikan dan dunia kerja.
3.
Data
base-on line ini merupakan
jejaringan informasi yang dapat di akses oleh Pemerintah Pusat,
Depdikmas, SMK diseluruh Indonesia dan dapat di update setiap saat,
4.
Data
base-on –line ini mempunyai
daya guna bagi pemerintah, sektor jasa
industri sebagai demand tenaga kerja dan SMK sebagai supply tenaga kerja
5.
Jejaring data
base on-line dapat menayangkan tentang
standrad kompetensi yang dipersyaratkan
oleh pemakai tenaga
kerja lokal dan
global
6.
Jejaring data base on-line merupakan informasi yang sangat
dibutuhkan oleh pengambil kebijakan ditingkat daerah dan tingkat pusat ,
sebagai dasar dalam evaluasi ,memprediksi tenaga kerja, monitorimg, dan alokasi anggaran dana dan sarana prarana
7.
Yang
paling utama jejaringan data base on-line sebagai media untuk membentuk image (citra) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
4. KESIMPULAN
Dari hasil kajian yang telah di paparkan
diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pendidikan Vokasional (SMK) bertujuan untuk mengembangkan tenaga kerja
yang terampil dan ” marketable ” , untuk
dapat meraih kesempatan kerja dan ”
dijual ” dalam ” pasar tenaga kerja ” baik tingkat lokal maupun global
2. Paradigma Pendidikan Vokasional (SMK) harus mulai berubah dari supply minded (orientasi
jumlah) menjadi demand minded (kebutuhan) ke dunia kerja yang ber-dimensi lokal dan global.
3. Pendidikan Vokasional (SMK) adalah suatu model dalam pendidikan untuk
menguasai ketrampilan dasar
yang essensial dan dapat dikembangkan dalam bentuk pelatihan, untuk dapat berkompetisi di pasar kerja lokal dan global
4. Pendidikan Voksional (SMK) diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan tenaga kerja secara
nasional dan masyarakat lingkungannya dan diarahkan untuk memasuki pasar kerja global
5. Salah satu
tolok ukur keberhasilan pendidikan vokasional (SMK) adalah membentuk dan menghasilkan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang dapat memberikan peningkatan
ekonomi secara nyata.
6. Keberhasilan
Jerman , Jepang , Korea Selatan dan negara lain, dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
dengan model program pendidikan vokasional dalam sistem pendidikannya,.perlu
dipertimbangkan untuk di “ adopsi “
dengan “ modifikasi “ sesuai dengan kondisi di Indonesia. Untuk efisiensi biaya dapat melakukan
kerjasama dengan “ blue print “ kurikulum
dan “ sistim “ pengelolaan dari negara tersebut.
7. Untuk dapat mengalokasikan dana pendidikan
vokasional (SMK) secara efisien dan dapat diprediksi nilai
investasi yang lebih terukur diperlukan instrumen data base 0n-line tentang
kebutuhan tenaga kerja dan kompetensi tenaga kerja lokal dan global . Data
base ini akan dapat memprediksi alokasi dana pemerintah dalam
pengembangan pendidikan vokasional. Data
base ini dapat di “akses “
oleh Pemerintah Pusat, Depdiknas dan seluruh lembaga pendidikan vokasional /
SMK di seluruh Indonesia Bagi
penyelenggara pendidikan vokasional , sebagai tolok ukur kompetensi serta
penyesuaian terhadap materi yang diperlukan oleh dunia kerja. (DUDI)
8. Untuk memberikan “ nilai investasi “ bagi negara, pendidikan vokasional harus
direncanakan dan diselenggarakan
berdasarkan ke “ ke -mitraan “ dan hubungan “ sinergi “ yang saling mendapatkan “ keuntungan “ antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Dunia
Usaha / industri dan Pendidikan Vokasional (SMK) .
9. Untuk menunjang kompetnsi lulusan yang standardnya terukur dan
sesusai dengan standard DUDI, Pemerintah
harus mendirikan Training Center bagi
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sesuai dengan program studinya. Yang lokasi dan
zonifikasinya diatur sesuai dengan potensi industri dan pengembangen
potensi lokal daerah
REFERENSI
Conny..R. Semiawan dan Soedijarto 1991, Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan
Nasional Menjelang Abad XXI, Jakarta : Penerbit P.T. Grasindo.
Darling-Hammond, L. (1996). The
right to learn and the advancement of
teaching: research, policy, and practice for democratic education. Educational Researcher, 25, 6:5-17.
teaching: research, policy, and practice for democratic education. Educational Researcher, 25, 6:5-17.
Depdiknas. (2001). Kep Mendiknas
RI No. 053/U/2001.
Pedoman
Penyusunan Standar Pelayanan
Minimal Penyelenggaraan
Persekolahan Bidang Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Jakarta:
Depdiknas.
Depdiknas. (2003). Undang-Undang R.l No 20 Tahun 2003,tentang
Pendidikan Naional, Depdiknas, Jakarata
No comments:
Post a Comment