Pintar
memang menjadi salah satu faktor bagi seseorang untuk mendapatkan kesuksesan.
Namun pintar saja tidak cukup, ada berbagai faktor lain yang juga berpengaruh
bagi kesuksesan seseorang, termasuk kesuksesan dalam menjalani studi di dunia
kampus maupun ketika mereka bekerja.
Dunia
kampus memang menjadi wahana ujian dan penempaan sesungguhnya untuk mendapat
sukses yang lebih besar. Mengingat di dunia kampus, selain nilai akademis yang
bagus, mahasiswa juga dituntut untuk memiliki kecakapan dalam segala hal.
Ketika
kamu pulang ke kampung halaman atau terjun di masyarakat tidak heran lagi ada
seorang yang bertanya tentang bidang yg
berbeda dengan keahlianmu. Misalkan kamu adalah mahasiswa teknik mesin,
tiba-tiba ditanya tentang permasalahan umum yang sering terjadi di masyarakat.
kenapa harga bawang naik? Kenapa terjadi banjir? Kenapa jalan ke kota macet?
& pertanyaan2 lain sejenisnya , mahasiswa yang berwawasan luas tentu saja
akan menjelaskan. Kadang masyarakat terutama orang2 tua tidak mau tahu apapun
jurusan yang diambil oleh saudara. Mereka hanya tau bahwa saudara adalah
mahasiswa (punya kemampuan yang jauh lebih segelanya dari pada siswa, namanya
juga maha).
Berikut
beberapa alasan mengapa pintar saja tidak cukup untuk dapat bersinar di dunia
kampus.
Sistem
Belajar dan Mengajar di Kampus berbeda dengan sekolah. Jangan sekali-kali
membawa kebiasaan di sekolah ke dalam kampus, karena keduanya memiliki sistem
belajar mengajar yang berbeda. Di kampus, dosen hanya menjadi manajer kelas,
penekanannya bukan lagi menjadi sumber utama pengetahuan, skill, maupun sikap.
Tugas dosen hanya membekali mahasiswa dengan buku rujukan, dan sedikit obrolan
atau presentasi dan mahasiswa dituntut aktif sendiri untuk mencari pengetahuan,
skill & sikap tauladan dari berbagai sumber. Apalagi kebanyakan kampus saat
ini memberi mata kuliah dengan cara diskusi, bukan lagi dengan belajar satu
arah.
Sistem
Assesment(Penilaian) di Perguruan Tinggi Berbeda, Tidak ada istilah tertinggal
kelas di dalam dunia kampus, karena penilaian akademik menggunakan sistem Satuan
Kredit Semester (SKS). Hal inilah yang menuntut seorang mahasiswa agar lebih
cerdas mengelola dan mengatur tata nilai dan keberhasilan studi bagi dirinya
sendiri. Bobot SKS yang berantakan akan
menyulitkan mahasiswa untuk lulus tepat waktu. Untuk lulus strata satu, seorang
mahasiswa harus menyelesaikan paling tidak 144 bobot SKS.
Mahasiswa
Dituntut Aktif Ada Pandangan mengatakan, kelas di kampus hanya mentranfer 5
persen pengetahuan skill dan sikap, 95 persen lainnya didapat justru di luar
kelas. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya salah, oleh karenanya seorang
mahasiswa tidak hanya dituntut pintar, tetapi juga memiliki kepribadian dan
aktif dalam kegiatan organisasi mahasiswa (ormawa), seperti teater, club bahasa
internasional, kewirausahaan, riset, kelas fotografi, BEM, buka usaha mandiri
atau Lembaga Dakwah Kampus untuk melatih
kemampun komunikasi, berbahasa asing, Problem
solving(menyelesaikan masalah), kreatif, inovatif, peka terhadap lingkungan,
bekerja secara terorganisir, saling kaloborasi, saling menghargai dan
menghormati dan lainnya. Jadi mahasiswa tanpa aktif di ormawa sama halnya
dengan membuat sayur tanpa garam. Contohnya Sosok choirul tanjung yang menjadi
pengusaha sukses padahal dulu kuliah dibidang Fakultas Kedokteran Gigi, Aburizal
bakrie juga sperti itu bahkan menjadi menteri koordinator perekonomian dan Menteri
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat padahal beliau ambil jurusan teknik elektro
dan ada yang sukses didunia seni padahal ambil jurusan ilmu sosial dan masih
banyak contoh-contoh yang lain.
Mahasiswa
Jadi Garda Terdepan Pembangun Bangsa dan perubahasan kondisi sosial masyarakat bahkan
tatanan dunia secara global tak hanya aktif di dalam kampus, seorang mahasiswa
juga perlu aktif di luar lingkungan kampus dengan ikut aktif dalam organisasi
seperti Himpunan Mahasiswa Islam, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia atau
organisasi luar kampus sejenis dan tidak melenceng dari UUD. Pengalaman di luar
kampus tentu akan memberikan pengatahuan yang lebih besar, skill, kepribadian
tangguh, bahkan jauh menjadi lebih berkarakter & berdaya saing secara
global, yang menjadikan seorang mahasiswa cakap dalam segala hal termasuk ilmu
kepemimpinan. Maka tidak heran lagi ketika ada beberapa orang yang sukses
dibidang yang berbeda dengan jurusan yang mereka ambil semasa kuliah. Contohnya
pak anis baswedan yang saat ini jadi menteri pendidikan padahal dulu semasa
kuliah di Fakultas ekonomi, ilmuwan pada masa Khalifah Bani Abbasiyah dengan
kepandaian di beberapa bidang ilmu untuk perubahan kondisi sosial dengan
membangun perpustakaan raksasa sekaligus sekolah setelah berhasil menyembuh
sang khalifah & masih banyak contoh2 yang lain.
Mahasiswa
dituntut punya jaringan sosial(seperti jaringan kerja yang bisa didapatkan
melalu kegiatan sosial, organisasi, silaturahim, magang, praktek industi(selain mengasah kompetensi sekaligus membangun jaringan kerja) dan sebagainya sehingga ketika
mereka lulus langsung dipanggil untuk bekerja di orang yang mengenal kemampuan
& kapasitas mereka.
Mahasiswa dituntut untuk
menjaga kesehatan, Seiring berkembangnya teknologi industri, muncul berbagai
produk cepat saji, yang lemaknya tinggi, gulanya berlebihan, tersebarnya
minuman keras, tersebarnya obat terlarang, lebih senang makan cepat saji,
bronis, gorengan yang tidak jelas asal usulnya dibandingkan makanan-makanan
segar seperti buah, kacang-kacangan, umbi-umbian tanpa bahan pengawet yang
lebih berisi & sehat. Percuma mereka cerdas, skill, karakternya bagus tapi
sakit-sakitan sehingga produktifitas mereka pun terhambat ketika bekerja bahkan
bisa menghabis harta yang mereka kumpulkan atau warisan keluarga untuk biaya
mengobatan.
"Hai
sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu." (Q.S. al-Baqarah: 168)
Salah satu yang banyak di
lakukan oleh negara maju adalah mereka berusaha maksial untuk
meningkatkan status kesehatan warganya melalui kebijakan publik yang
unggul atau program intervenasi yang
terstruktur yang di laksanaakan oleh
agen pelaksana pemerintahan (government agency) atau instutisi yang bergerak di
dunia pengenbangan sumber daya manusia seperti sekolah, pendidikan tinggi, dan lembaga-lembaga pelatihan lainya .
Pepatah yang tak asing ditelinga
mengatakan Mens sana in corpore sano artinya
Di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat. Teman saya dibelanda bercerita
, baru – baru ini (tahun 2015 kemarin) pemerintahnya mengeluarkan peraturan
,untuk membatasi kadar yang berlebihan yang membayakan kesehatan dalam memproduksi makanan dan minuman oleh
karena itu kita sebagai bangsa
indonesia harus sadar akan pentingnya kesehatan yang pastinya akan menunjang
produktifitas negara secara keseluruhan.
Bagaimana dengan indonesia?
mungkin kita belum bisa mengandalkan
pemerintah kita yang belum membuat
peraturan sedetail itu untuk keselamatan
warga negaranya, bisa jadi karna pembangunan
di negara kita masih sangat kompleks.
Oleh karna itu kita perlu solusi dengan berhati-hati mengkonsumsi produk makanan dan
minuman yang beredar. Satu hal yang
perlu kita pikirkan tentang apa yang di lakukan oleh negara maju untuk
meningkatkan kompetensi dan
prodoktivitas warga negaranya adalah tubuh yang sehat, jiwa yang sehat dan otak
yang cerdas.
Mahasiswa
dituntut untuk Mandiri dan disiplin hal tersebut merupakan faktor penting yang
harus dimiliki seorang mahasiswa selain pintar secara akademik tentunya. Tanpa
kemandirian dan disiplin, seorang mahasiswa akan terjebak dalam dunia hitam
sebagai “mahasiswa abadi”. Cerdas mengelola waktu, dan pintar menentukan kapan
aktif di ormawa, cerdas memilah dan memilih yg prioritas, kapan kerjain tugas,
kapan harus fokus dalam tugas akhir menjadi hal penting yang perlu dimiliki
seorang mahasiswa.
By : Nawassyarif
By : Nawassyarif
Sumber:
- (Q.S. al-Baqarah: 168).
- Anderman, Eric M. Sinatra, Gale M. Gray,
DeLeon L. (2012) The Challenges of Teaching and Learning about Science in
the 21st Century: Exploring the Abilities and Constraints of Adolescent
Learner. Journal Studies in Science Education, v48 n1 p89-117 2012
- Belajar Gaul Jadi Manusia Unggul : Meraih
Sukses Berbekal Human Relations 2007
- Generasi
Emas Indonesia 2014
- liputan6.com
- Jeffrey
J. Sine PhD (analis kesehatan internasioaanl)
- Hasil
diskusi Dr. Putu sudira
- Hasil
diskusi kesehatan dengan Ery sofiatri, wisnu wardhana (Keluarga Besar Sambori)
- Keluarga Besar PUSMAJA
- Keluarga KMP UNY
- Dosen PTEI Pascasarjana UNY yang tidak
bisa disebutkan namanya satu persatu.
- Ayahanda,
Kandanda dan ayunda yang belum sempat sebutkan satu-satu.