Wednesday, June 22, 2016

Jadi Mahasiswa. Pintar Saja Gak Cukup


Pintar memang menjadi salah satu faktor bagi seseorang untuk mendapatkan kesuksesan. Namun pintar saja tidak cukup, ada berbagai faktor lain yang juga berpengaruh bagi kesuksesan seseorang, termasuk kesuksesan dalam menjalani studi di dunia kampus maupun ketika mereka bekerja.
Dunia kampus memang menjadi wahana ujian dan penempaan sesungguhnya untuk mendapat sukses yang lebih besar. Mengingat di dunia kampus, selain nilai akademis yang bagus, mahasiswa juga dituntut untuk memiliki kecakapan dalam segala hal.
Ketika kamu pulang ke kampung halaman atau terjun di masyarakat tidak heran lagi ada seorang  yang bertanya tentang bidang yg berbeda dengan keahlianmu. Misalkan kamu adalah mahasiswa teknik mesin, tiba-tiba ditanya tentang permasalahan umum yang sering terjadi di masyarakat. kenapa harga bawang naik? Kenapa terjadi banjir? Kenapa jalan ke kota macet? & pertanyaan2 lain sejenisnya , mahasiswa yang berwawasan luas tentu saja akan menjelaskan. Kadang masyarakat terutama orang2 tua tidak mau tahu apapun jurusan yang diambil oleh saudara. Mereka hanya tau bahwa saudara adalah mahasiswa (punya kemampuan yang jauh lebih segelanya dari pada siswa, namanya juga maha).

Berikut beberapa alasan mengapa pintar saja tidak cukup untuk dapat bersinar di dunia kampus.
Sistem Belajar dan Mengajar di Kampus berbeda dengan sekolah. Jangan sekali-kali membawa kebiasaan di sekolah ke dalam kampus, karena keduanya memiliki sistem belajar mengajar yang berbeda. Di kampus, dosen hanya menjadi manajer kelas, penekanannya bukan lagi menjadi sumber utama pengetahuan, skill, maupun sikap. Tugas dosen hanya membekali mahasiswa dengan buku rujukan, dan sedikit obrolan atau presentasi dan mahasiswa dituntut aktif sendiri untuk mencari pengetahuan, skill & sikap tauladan dari berbagai sumber. Apalagi kebanyakan kampus saat ini memberi mata kuliah dengan cara diskusi, bukan lagi dengan belajar satu arah.
Sistem Assesment(Penilaian) di Perguruan Tinggi Berbeda, Tidak ada istilah tertinggal kelas di dalam dunia kampus, karena penilaian akademik menggunakan sistem Satuan Kredit Semester (SKS). Hal inilah yang menuntut seorang mahasiswa agar lebih cerdas mengelola dan mengatur tata nilai dan keberhasilan studi bagi dirinya sendiri. Bobot SKS yang  berantakan akan menyulitkan mahasiswa untuk lulus tepat waktu. Untuk lulus strata satu, seorang mahasiswa harus menyelesaikan paling tidak 144 bobot SKS.

Mahasiswa Dituntut Aktif Ada Pandangan mengatakan, kelas di kampus hanya mentranfer 5 persen pengetahuan skill dan sikap, 95 persen lainnya didapat justru di luar kelas. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya salah, oleh karenanya seorang mahasiswa tidak hanya dituntut pintar, tetapi juga memiliki kepribadian dan aktif dalam kegiatan organisasi mahasiswa (ormawa), seperti teater, club bahasa internasional, kewirausahaan, riset, kelas fotografi, BEM, buka usaha mandiri atau  Lembaga Dakwah Kampus untuk melatih kemampun komunikasi, berbahasa asing,  Problem solving(menyelesaikan masalah), kreatif, inovatif, peka terhadap lingkungan, bekerja secara terorganisir, saling kaloborasi, saling menghargai dan menghormati dan lainnya. Jadi mahasiswa tanpa aktif di ormawa sama halnya dengan membuat sayur tanpa garam. Contohnya Sosok choirul tanjung yang menjadi pengusaha sukses padahal dulu kuliah dibidang Fakultas Kedokteran Gigi, Aburizal bakrie juga sperti itu bahkan menjadi menteri koordinator perekonomian dan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat padahal beliau ambil jurusan teknik elektro dan ada yang sukses didunia seni padahal ambil jurusan ilmu sosial dan masih banyak contoh-contoh yang lain.
Mahasiswa Jadi Garda Terdepan Pembangun Bangsa dan perubahasan kondisi sosial masyarakat bahkan tatanan dunia secara global tak hanya aktif di dalam kampus, seorang mahasiswa juga perlu aktif di luar lingkungan kampus dengan ikut aktif dalam organisasi seperti Himpunan Mahasiswa Islam, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia atau organisasi luar kampus sejenis dan tidak melenceng dari UUD. Pengalaman di luar kampus tentu akan memberikan pengatahuan yang lebih besar, skill, kepribadian tangguh, bahkan jauh menjadi lebih berkarakter & berdaya saing secara global, yang menjadikan seorang mahasiswa cakap dalam segala hal termasuk ilmu kepemimpinan. Maka tidak heran lagi ketika ada beberapa orang yang sukses dibidang yang berbeda dengan jurusan yang mereka ambil semasa kuliah. Contohnya pak anis baswedan yang saat ini jadi menteri pendidikan padahal dulu semasa kuliah di Fakultas ekonomi, ilmuwan pada masa Khalifah Bani Abbasiyah dengan kepandaian di beberapa bidang ilmu untuk perubahan kondisi sosial dengan membangun perpustakaan raksasa sekaligus sekolah setelah berhasil menyembuh sang khalifah & masih banyak contoh2 yang lain.

Mahasiswa dituntut punya jaringan sosial(seperti jaringan kerja yang bisa didapatkan melalu kegiatan sosial, organisasi, silaturahim, magang, praktek industi(selain mengasah kompetensi sekaligus membangun jaringan kerja) dan sebagainya sehingga ketika mereka lulus langsung dipanggil untuk bekerja di orang yang mengenal kemampuan & kapasitas mereka.

Mahasiswa dituntut untuk menjaga kesehatan, Seiring berkembangnya teknologi industri, muncul berbagai produk cepat saji, yang lemaknya tinggi, gulanya berlebihan, tersebarnya minuman keras, tersebarnya obat terlarang, lebih senang makan cepat saji, bronis, gorengan yang tidak jelas asal usulnya dibandingkan makanan-makanan segar seperti buah, kacang-kacangan, umbi-umbian tanpa bahan pengawet yang lebih berisi & sehat. Percuma mereka cerdas, skill, karakternya bagus tapi sakit-sakitan sehingga produktifitas mereka pun terhambat ketika bekerja bahkan bisa menghabis harta yang mereka kumpulkan atau warisan keluarga untuk biaya mengobatan. 
"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu." (Q.S. al-Baqarah: 168)
Salah satu yang banyak di lakukan oleh negara maju adalah mereka berusaha  maksial untuk  meningkatkan status kesehatan warganya melalui kebijakan publik yang unggul  atau program intervenasi yang terstruktur yang  di laksanaakan oleh agen pelaksana pemerintahan (government agency) atau instutisi yang bergerak di dunia pengenbangan sumber daya manusia seperti sekolah,   pendidikan  tinggi, dan lembaga-lembaga pelatihan lainya .
Pepatah yang tak asing ditelinga mengatakan  Mens sana in corpore sano artinya Di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat. Teman saya dibelanda bercerita , baru – baru ini (tahun 2015 kemarin) pemerintahnya mengeluarkan peraturan ,untuk membatasi kadar yang berlebihan yang membayakan kesehatan   dalam memproduksi makanan dan minuman  oleh  karena itu  kita sebagai bangsa indonesia harus sadar akan pentingnya kesehatan yang pastinya akan menunjang produktifitas negara secara keseluruhan.
Bagaimana dengan indonesia? mungkin kita belum bisa mengandalkan  pemerintah kita yang  belum membuat peraturan sedetail itu  untuk keselamatan warga negaranya, bisa jadi karna pembangunan  di negara  kita masih sangat kompleks. Oleh karna itu kita perlu solusi dengan  berhati-hati mengkonsumsi produk makanan dan minuman yang beredar. Satu hal yang  perlu kita pikirkan tentang apa yang di lakukan oleh negara maju untuk meningkatkan kompetensi  dan prodoktivitas warga negaranya adalah tubuh yang sehat, jiwa yang sehat dan otak yang cerdas.
Mahasiswa dituntut untuk Mandiri dan disiplin hal tersebut merupakan faktor penting yang harus dimiliki seorang mahasiswa selain pintar secara akademik tentunya. Tanpa kemandirian dan disiplin, seorang mahasiswa akan terjebak dalam dunia hitam sebagai “mahasiswa abadi”. Cerdas mengelola waktu, dan pintar menentukan kapan aktif di ormawa, cerdas memilah dan memilih yg prioritas, kapan kerjain tugas, kapan harus fokus dalam tugas akhir menjadi hal penting yang perlu dimiliki seorang mahasiswa.

By : Nawassyarif

Sumber:
  1. (Q.S. al-Baqarah: 168).

  1. Anderman, Eric M. Sinatra, Gale M. Gray, DeLeon L. (2012) The Challenges of Teaching and Learning about Science in the 21st Century: Exploring the Abilities and Constraints of Adolescent Learner. Journal Studies in Science Education, v48 n1 p89-117 2012
  2. Belajar Gaul Jadi Manusia Unggul : Meraih Sukses Berbekal Human Relations 2007 
  3. Generasi Emas Indonesia 2014
  4. liputan6.com
  5. Jeffrey J. Sine PhD (analis kesehatan internasioaanl)
  6. Hasil diskusi Dr. Putu sudira
  7. Hasil diskusi kesehatan dengan Ery sofiatri, wisnu wardhana (Keluarga Besar Sambori)
  8.  Keluarga Besar PUSMAJA
  9.  Keluarga KMP UNY
  10.  Dosen PTEI Pascasarjana UNY yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu.
  11. Ayahanda, Kandanda dan ayunda yang belum sempat sebutkan satu-satu.

No comments:

Post a Comment