Tuesday, April 5, 2016

SEKILAS FILSAFAT ILMU SEBUAH PENGANTAR POPULER BAB 6

BAB VI
AKSIOLOGI: NILAI KEGUNAAN ILMU

Mengalami zaman edan
Kita sulit menenukan sikap
Turut edan tidak tahan
Kalau tidak turut edan
Kita tidak kebagian
Menderita kelaparan
Tapi dengan bimbingan Tuhan
Betapa bahagia pun mereka yang lupa
Lebih bahagia yang ingat serta waspada

Ranggawarsito (1802-1873)
19.            Ilmu dan Moral
     Dihadapkan dengan masalah moral dalam menghadapi ekses ilmu dan teknologi yang bersifat merusak ini para ilmuan terbagi ke dalam dua golongan pendapat. Golongan pertama menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik itu secara ontologis maupun aksiologis. Golongan kedua sebaliknya berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuan, sedangkan dalam penggunaannya, bahkan pemilihan obyek penelitian, maka kegiatan keilmuan harus berlandaskan asas-asas moral.
      Masalah moral tak bisa dilepaskan dengan tekad manusia untuk menemukan kebenaran, sebab untuk menemukan kebenaran dan terlebih lagi untuk mempertahankan kebenaran, diperlukan keberanian moral. Sejarah kemanusiaan dihiasi dengan semangat para martir yang rela mengorbankan nyawanya dalam mempertahankan apa yang mereka anggap benar. “Segalanya punya moral,” kata Alice dalam petualangannya di negeri ajaib, “asalkan kau mampu menemukannya.”



20.            Tanggung Jawab Sosial Ilmuan
      Jelaslah kiranya bahwa seorang ilmuan mempunyai tanggung jawab sosial yang terpikul di bahunya. Fungsinya selaku ilmuan tidak berhenti pada penelaahan dan keilmuan secara individual namun juga ikut bertanggung jawab agar produk keilmuan sampai dan dapat di manfaatkan oleh masyarakat.
      Seorang ilmuan dengan kemampuan pengetahuannya harus dapat mempengaruhi opini masyarakat terhadap masalah-masalah yang seyogyanya mereka sadari. Dalam hal ini, berbeda dengan menghadapi masyarakat ilmuan yang elitis dan esoteric, dia harus berbicara dengan bahasa yang dapat diterima oleh orang awam. Untuk itu maka dia bukan saja mengandalkan pengetahuannya dan daya analisisnya namun juga integritas kepribadiannya.
      Karakteristik lain dari ilmu terletak dalam cara berfikir untuk mendapatkan kebenaran. Manusia dalam usaha menemukan kebenaran itu ternyata menempuh cara yang bermacam-macam sehingga menimbulkan pemeo: kepala sama berbulu namun memiliki pendapat masing-masing.
      Salah satu sendi masyarakat modern adalah ilmu dan teknologi. Kaum ilmuan tidak boleh picik dan menganggap ilmu dan teknologi itu alpha dan omega dari segala-galanya, masih terdapat banyak lagi sendi-sendi lain yang menyangga peradaban manusia yang baik.



21.            Nuklir dan Pilihan Moral
      Pengetahuan merupakan kekuasaan, kekuasaa yang dapat dipakai untuk kemaslahatan kemanusiaan, atau sebaliknya dapat pula disalahgunakan. Pengetahuan pada dasarnya ditujukan untuk kemaslahatan kemanusiaan. Seorang ilmuan tak boleh memutarbalikkan penemuannya bila hipotesis yang dijunjung tinggi yang disusun di atas kerangka pemikiran yang terpengaruh referensi moral ternyata hencur berantakan karena bertentangan dengan fakta-fakta pengujian. Seorang ilmuan yang di atas landasan moral memilih untuk membuktikan bahwa generasi muda kita berkesadaran tinggi atau membuktikan bahwa hasil penemuan itu efektif maka dalam hasil penemuannya dia bersifat netral dan membebaskan diri secara sadar atau tidak.



22.         Revolusi Genetika
      Revolusi genetika merupakan babakan baru dalam sejarah keilmuan manusia sebab sebelum ini ilmu tidak pernah menyentuh manusia sebagai obyek penelaahan itu sendiri. Ilmu berfungsi sebagai pengetahuan yang membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Tujuan hidup ini, yang berkaitan erat dengan hakikat kemanusiaan itu sendiri, bersifat otonom dan terlepas dari kajian dan pengaruh ilmiah. Secara moral kita lakukan evaluasi etis terhadap suatu obyek yang tercakup dalam obyek formal (ontologis) ilmu. Mengahadapi revolusi genetika yang baru di ambang pintu, kita belum terlambat menerapkan pilihan ontologism, “Jangan petik buat terlarang itu”. Berharap menciptakanSuperman namun yang bangun adalah Frankenstein.

Bersambung

No comments:

Post a Comment