Wednesday, April 6, 2016

SEKILAS FILSAFAT ILMU SEBUAH PENGANTAR POPULER BAB 7

BAB VII
ILMU DAN KEBUDAYAAN

Ilmu hanya dapat maju apabila masyarakat berkembang dan berperadaban.
Ibnu Khaldun (1332-1406) dalam Muqaddimah.

     Manusia dan Kebudayaan

     Kebudayaan didefinisikan untuk pertama kali oleh E. B. Taylor pada tahun 1871 dalam bukunya Primitive Culture di mana kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kuntjaraningrat (1974) secara lebih terperinci membagi kebudayaan menjadi unsur-unsur yang terdiri dari sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemsyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian serta sistem teknologi dan peralatan.
Kebudayaan dan Pendidikan
      Suatu masyarakat modern yang berasaskan efisiensi bertumpu kepada nilai teori dan nilai ekonomi. Nilai teori ini terutama sekali berkaitan erat dengan aspek penalaran (reasoning), ilmu dan teknologi. Sedangkan nilai ekonomi berpusat kepada penggunaan sumber dan benda ekonomi secara lebih efektif dan efisien berdasarkan kalkulasi yang bertanggung jawab umpamanya pola konsumsi masyarakat. Indikator kedua menimbulkan pergeseran dalam nilai sosial dan nilai kekuasaan (politik). Kedua nilai ini harus lebih berorientasi kepada kepercayaan pada diri sendiri serta keberanian untuk mengambil keputusan sendiri.



   Ilmu dan Pengembangan Kebudayaan Nasional

      Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur dari kebudayaan. Kebudayaan di sini merupakan seperangkat nilai, tata hidup dan sarana bagi manusia dalam kehidupannya. Kebudayaan nasional merupakan kebudayaan yang mencerminkan aspirasi dan cita-cita suatu bangsa yang diwujudkan dengan kehidupan bernegara. Pengembangan kebudayaan nasional merupakan bagian dari kegiatan suatu bangsa, baik disadari atau tidak maupun dinyatakan secara eksplisit atau tidak.
Ilmu Sebagai Suatu Cara Berfikir
      Karakteristik ilmu dapat disimpulkan menjadi empat, pertama bahwa ilmu mempercayai rasio sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Karakteristik yang kedua yakni alur jalan pikiran yang logis yang konsisten dengan pengetahuan yang telah ada. Sedangkan karakteristik ketiga yakni pengujian secara empiris sebagai criteria kebenaran obyektif. Dan karakteristik yang keempat yakni mekanisme yang terbuka terhadap koreksi.
Nilai-Nilai Ilmiah dan Pengembangan Kebudayaan Nasional
      Pengembangan kebudayaan nasional pada hakikatnya adalah perubahan dari kebudayaan yang sekarang bersifat konvensional ke arah situasi kebudayaan yang lebih mencerminkan aspirasi dan tujuan nasional. Proses pengemabangan kebudayaan ini pada dasarnya adalah penafsiran kembali dari nilai-nilai konvensional agar lebih sesuai dengan tuntutan zaman serta penumbuhan nilai-nilai baru yang fungsional.
Ke Arah Peningkatan Peranan Keilmuan
      Langkah-langkah yang sistematik untuk meningkatkan peranan dan kegiatan keilmuan yang pada pokoknya mengandung beberapa pemikiran sebagaimana berikut ini:
1.      Ilmu merupakan bagian dari kebudayaan.
2.      Ilmu merupakan salah satu cara dalam menemukan kebenaran.
3.      Asumsi dasar dari semua kegiatan dalam menemukan kebenaran.
4.      Pendidikan keilmuan harus sekaligus dikaitkan dengan pendidikan moral.
5.      Pengembangan bidang keilmuan harus disertai dengan pengembangan dalam bidang filsafat terutama yang menyangkut keilmuan.
6.      Kegiatan ilmiah haruslah bersifat otonom yang terbebas dari kekangan sturktur kekuasaan.



  Dua Pola Kebudayaan

Tak dapat disangkal bahwa terdapat perbedaan antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, namun perbedaan ini hanyalah bersifat teknis yang tidak menjurus kepada perbedaan yang fundamental. Dasar ontologis, epistemologis dan aksiologis dari kedua ilmu tersebut adalah sama. Metode yang dipergunakan dalam mendapatkan pengetahuannya adalah metode ilmiah yang sama, tak terdapat alasan yang bersifat metodologis yang membedakan antara ilmu-ilmu alam.
Jadi jika sekiranya memang diperlukan pola pendidikan yang berbeda maka alternatif yang dapat ditempuh bukan lagi pembagian jurusan berdasarkan bidang keilmuan melainkan berdasarkan tujuan pendidikan matematika.

Bersambung

No comments:

Post a Comment