Tuesday, March 15, 2016

TAKDIR TIDAK BISA DIUBAH dan QADA BISA BERUBAH 2

  1. QS. 14 : 4
    “Dan kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali dengan bahasa kaumnya, supaya dia dapat menjelaskan kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana. "
    Seseorang yang sudah keterlaluan dalam mennentang Allah/perbuatannya sudah kelewat jahatnya Allah akan menetapkan / mentaqdirkan sesat kepadanya dan tidak seorangpun bisa memberi petunjuk kepadanya sebagaimana perbuatan Iblis dalam menentang perintah Allah dan Allah menetapkan / mentqdirkan sesat kepada Iblis . Kepada orang yang tidak kelewatan  dalam perbuatan jahatnya pastilah Allah masih memberi kesempatan kepadanya untuk kembali kejalan yang benar tinggal mau apa tidak. Kalau sudah ditetapkan / ditaqdirkan sesat oleh Allah tidak ada jalan untuk kembali .Dalam Al-qur'an 27:57 istri Nabi Luth sudah keterlaluan dalam menentang suaminya maka  Allah Taqdirkan dia sebagai orang yang tertinggal/ikut dibinasaakan bersama kaum yang sesat artinya dia dimasukkan Allah kedalam Taqdir orang yang tertinggal yaitu Taqdir bahwa orang2 yang tidak patuh kepada Nabi Luth adalah iorang yang tertinggal, yang akan dibinasakan bersama orang2 yang sesat.
    Dalam tafsir Al - Mishbah karangan Quraish Shihab, mengatakan memang Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki untuk Dia sesatkan bila yang bersangkutan memilih kesesatan dan memberi petunjuk siapa yang Dia kehendaki bila yang bersangkutan ingin memperoleh petunjuk, dan Dialah Tuhan Yang Maha Perkasa yang tidak bisa dielakkan ketetapan – Nya, lagi Maha Bijaksana dalam segala perbuatan Nya."

    Allah berkuasa menyesatkan dan memberi petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Karena Dia Maha Perkasa maka siapa pun yang Dia sesatkan tidak seorang pun yang bisa memberi petunjuk, dan barang siapa yang Dia beri petunjuk maka tidak ada seorang pun yang bisa menyesatkan. Karena Allah juga Maha Bijaksana, tidak mungkin bagi Dia untuk menyesatkan orang- orang yang dengan sungguh - sungguh mencari keimanan / kebenaran, dan akan memberi petunjuk pada orang - orang yang perbuatannya menentang kebenaran sebagai mana halnya perbuatan iblis, Abu Jahal , Abu Lahab dll. Kalau tidak demikian pastilah akan menggoyahkan sifat Maha Bijaksana Nya itu, suatu hal yang tidak akan terjadi
  2. QS. 18 : 29
    " Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya dari Tuhan mu, maka barang siapa yang mau silakan beriman dan barang siapa yang tidak mau silakan tetap kafir."

    Jelaslah, Ikhtiar lahir dan batin (berdo'a kepada Allah)dari manusia itu dipersilakan sesuka hatinya, sampai - sampai soal keimanan pun dipersilakan oleh Allah kepadanya untuk menerima atau tetap menolaknya. Jadi keimanan seseorang adalah Qada bukan Takdir.

    Seseorang yang berusaha memelihara keimanannya atau berusaha sungguh - sungguh untuk beriman bagi mereka yang non - muslim pasti Allah memberi Qada sebagai orang yang beriman. Bagi mereka yang sudah berbuat kemungkaran yang melebihi batas maka Allah akan memberi Qada sebagai orang kafir. Dan kalau sudah diqada Allah sebagai orang kafir, maka tertutuplah pintu keimanan baginya. Seperti yang terjadi pada diri Iblis, sesudah dia menolak untuk bersujud kepada Adam maka Allah memberi qada kafir kepadanya, dan tidak ada jalan lagi pintu keimanan baginya yang bisa diperbuat oleh Iblis adalah balas dendam kepada manusia yang beriman untuk digodanya sekuat - kuatnya agar ikut menjadi kafir.
  3. QS. 34 : 14
    " ketika Aku qadakan dia (Nabi Sulaiman) mati ..."

    Jadi matinya seseorang pada suatu saat tertentu bukanlah merupakan Takdir tetapi Al-Qur'an menyebutnya Qada.Oleh karenanya salahlah kalau ada orang yang mengatakan : " sudah takdirnya dia mati tertembak ". Yang benar adalah : " sudah qadanya dia mati tertembak. "

    Jelaslah di sini, bahwa qada mati adalah hasil proses yang ditetapkan oleh Allah antara Takdir yang berlaku dan Ikhtiar manusia. Mungkin saja tertembaknya orang tersebut karena asyik bermain - main pistol yang dikiranya kosong, atau dia kurang cekatan dalam menghindarkan diri dari tembakan pistol lawannya, atau memang Allah menghendakinya demikian. Kadang - kadang Allah memang secara aktif membunuh seseorang tanpa ia bisa menolaknya. Dalam hal semacam ini pastilah ada maksud tertentu dari Allah, umpamanya terbunuhnya pimpinan Negara yang zalim padahal rakyatnya saleh - saleh, sedang penggantinya tidak ada calon lain kecuali seorang yang saleh juga.
    Tetapi ada juga kematian yang merupakan ketetapan Allah / Taqdir Allah yang manusia tidak bisa merubahnya, yaitu kematian yang dikehendaki Allah karena alasan dan tujuan tertentu dari Allah dan Allah akan membunuh secara aktif tidak sesuai lagi dengan Qadar umur yang sudah diberikan / ditetapkan sebeloumnya kepada seseorang.
    Dalam Surat Al - Kahfi dikisahkan seseorang yang telah dikaruniai rahmat dan ilmu ada yang menyebut Nabi Khidir) diperintah  oleh Allah membunuh bocah kecil, anak dari sepasang suami istri yang saleh, tetapi karena suatu hal ( mungkin karena lingkungannya dan sifat anaknya pastilah nantinya anak, itu akan mendorong keduanya untuk sesat dan kafir.(QS 18 : 74 dan QS 18 : 80- 81) jadi Allah memberi qada anak tersebut mati karena ada alasan tertentu.
  4. QS. 35 : 11
    “... dan tidak diperpanjang umur seseorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya melainkan sudah tertera dalam Kitab (Lauh Mahfuz)"

    Umur di sini lebih tepat diartikan sebagai " Lifetime" atau bakat umur panjang / pendek yang telah ditetapkan oleh Allah dengan memberinya organ - organ tubuh kualitas istimewa /sedang/rendah dan semuanya tercatat dalam Kitab.

    Seseorang yang telah dikaruniai lifetime / bakat umur panjang belum tentu bisa mencapai usia tua, karena ikhtiarnya yang tidak benar atau kurang sempurna. Umpamanya dia melakukan bunuh diri, tidak bisa mengelak waktu akar dibunuh orang tidak mau berobat padahal menderita sakit yang fatal dan lain sebagainya. Dengan saksi Lauh. Mahfuz, seseorang yang mati sebelum takdir bakat umurnya, pastilah akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Allah di hari akhirat, apakah ada kesalahan yang disengaja atau tidak dalam mengelola pemberian Allah berupa umur tertentu. Kalau ada unsur kesengajaan pastilah ada sanksinya / dosanya dan sanksi yang paling berat adalah mengakhiri hidup sendiri/ bunuh diri.
Akhirnya, sesuai firman Allah (QS 4 : 29 - 30 dan QS 4 : 93 ), kalau Allah sudah bertindak ( memberi qada) sesuatu kepada kita ( baik maupun buruk ) maka carilah hikmahnya pastilah ada

  1. Apakah lkhtiar kita sudah cukup atau kurang teliti?
  2. Kalau qada baik, ingatlah pula barangkali kita sedang dicoba Allah dengan kesenangan, apakah kita mau bersyukur, beribadah dan beramal lebih baik lagi.
  3. Kalau qada buruk, segeralah minta ampun kepada Allah dan sesama manusia atas kesalahan - kesalahan kita dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Selain itu kita perbaiki Ikhtiar kita lahir dan batin.
    Mungkin qada buruk itu bisa juga akan berdampak positif di kemudian hari, umpamanya kita, tidak akan sanggup menerima qada yang baik, mungkin bisa menyebabkan kesombongan, kecelakaan dan lainnya. Mungkin kita sedang dicoba oleh Allah dengan kesedihan, apakah kita masih tetap teguh dijalan Allah atau tidak, sebagai ujian untuk kenaikan tingkat ketakwaan kita. Janganlah kita mengira bahwa untuk masuk surga Allah bisa terlaksana tanpa ujian - ujian yang akan menimpa kita dan tanpa berjuang keras untuk memperolehnya. (QS.2:214 dan QS 3 : 142) layaknya seperti yang berlaku bagi kehidupan kita di dunia ini bahwa untuk kenaikan tingkat pastilah harus melalui ujian terlebih dahulu, begitupun untuk urusan akhirat .


Wallahua’lambissowab

No comments:

Post a Comment